Selasa, 16 Maret 2021

Serpihan Mutiara Retak

Serpihan mutiara retak sebuah kalimat yang begitu indah namun memiliki makna yang sangat mengerikan. Sebelum mengetahui alasan dari maknanya saya akan mengulas sedikit tentang fakta dilapangan mengenai makna di atas.

Keseharian saya bekerja sebagai pengajar di salah satu SMP Negeri disebuah Kabupaten di Indonesia. Dengan jumlah siswa sekitar tujuh ratusan. Sebelum adanya pandemik ini setiap sekolah diseluruh Indonesia pelaksanaannya secara tatap muka. 

Tapi sejak akhir bulan Maret 2020 covid-19 memasuki negara tercinta kita. Terutama pertama kali muncul di daerah Ibu kota Jakarta. Selang beberapa bulan covid-19 menyerang hampir keseluruh bagian Indonesia. Beberapa daerah dengan zona merah langsung melakukan lock down. Melihat situasi yang ada akhrnya berbagai macam sektor terganggu.

Mulai dari sektor pendidikan sampai dengan sektor ekonomi ini sangat berdampak. Pada sektor pendidikan 360 derajat berputar haluan. Ini dikarenakan pembelajaran yang tadinya tatap muka harus berubah haluan menjadi pembelajaran jarak jauh. Ini merupakan suatu tantangan yang luar biasa pada dunia pendidikan.

Kondisi pembelajaran jarak jauh sangat mempengaruhi kegiatan peserta didik. Segala kegiatan peserta didik terbatasi. Semua peserta didik hanya bisa melakukan pembelajaran di rumah secara online. Disinilah mereka harus beradaptasi dengan kegiatan saat covid-19. Salah satu nya pembiasan kegiatas absensi pagi pada saat awal pembelajaran.

Hampir 10 persen dari jumlah peserta didik yang tidak absen. Kemudian saya japri mereka jawabannya adalah bangun kesiangan, tidak punya kuota, dan tidak ada sinyal. Lantas kami kerjasama dengan wali kelas dan guru BK. Alhasil para peserta didik yang tidak aktif adalah anak-anak itu saja yang bermasalah sama ketika mereka berada di semester satu. 

Yang dimaksud anak-anak itu saja adalah anak-anak yang mengalami broken home atau memiliki permasalahan di rumah. Kami pun yang menjadi tim pengembang  karakter peserta didik dilingkungan sekolah terjun langsung menghampiri para peserta didik. Pendekatan yang kami terapkan adalah kekeluargaan.

Dari hasil kunjungan ke beberapa peserta didik  ternyata sebagian besar peserta  didik yang bermasalah.  adalah mereka yang memiliki masalah dirumahnya. Sebagai contoh broken home, perceraian dan lain-lain. Tapi kami tidak menyalahkan mereka justru momong mereka supaya mau kembali ke jalan yang benar.

Mereka (peserta didik) yang bermasalah adalah merupakan serpihan mutiara retak yang tidak tahu apa-apa. Mereka juga merupakan korban keegoisan para orang tua yang tidak memahami kondisi anak-anaknya. Maka dari itu kami selaku tim pengembang karakter harus bisa memperjuangkan mereka untuk tumbuh dan berkembang pada dunia yang positif.






2 komentar:

Ai Setiawati mengatakan...

Betul bu,,,semua itu terjadi dimana-mana, saya ngeri sekarang banyak anak yang melakukan kegiatan yang kurang baik apalagi kesehariannya tak terlepas dari hp. Tugas kita sebagi guru untuk bisa membuat serpihan mutiara itu menjadi mutiara yang kembali bersinar, walaupun tak mudah. Salam kenal bu, salam literasi

Hernisbanah mengatakan...

Matur sewun komen dan ini sangat memberi motivasi bagi saya. Salam kenal juga dan salam literasi

Puisiku 40