Senin, 19 April 2021

Sebutir Telur Asin dalam Kenangan

Malam sabtu tepatnya pukul 20.30 suasana sekitar rumah agak panas. Tidak hanya disekitar rumah tapi saat melaksanakan shalat tarawih di Mesjid pun sama terasa begitu panas. Sambil merasakan suasana panas saya tetap khusu menunaikan shalat tarawih.

Seselesainya shalat tarawih tiba-tiba teringat akan sesuatu. Sesuatu tugas atau kewajiban dalam menyelesaikan April challenge hari ke-19. Adapun tantangan hari ke-19 jatuh pada huruf S. Lagi-lagi bingung mau nulis apa. 

Waktu pun terus berjalan, namun jemari ini masih terdiam di atas tuts laptop. Entah mau membuat tarian seperti apa yang akan engkau ukir jemariku. Selangakah demi selangkah jemari ini mulai menari di atas tuts laptop dan tebak apakah gerangan yang membuat jemari ini langsung mulai menari?. Ternyata jawabannya adalah sebuat tema yang tertulis dibenak saya.

Tema yang akan saya usung dalam memenuhi tantangan menulis berawalan huruf alphabet hari ke-19 adalah "Sebutir Telur Asin dalam Kenangan". Itulah tema yang muncul dalam benak saya saat ini. Tanpa pikir panjang langsung saja tancap gas jemari ini dengan terampilnya bergerak ke depan dan ke belakang. Mulai mengukir kata demi kata yang penuh makna. 

Dikisahkan sepasang remaja berusia 22 tahun. Mereka adalah Buno dan Harla. Kedua pasang remaja berada dalam satu Kampus, namun beda fakultas dan beda tingkatan kelas. Buno berada pada fakultas Ekonomi tingkat akhir dan Harla mengambil jurusan bahasa Inggris saat itu tingkat 3. Suatu ketika mereka berdua bertemu dalam satu acara di Kampus. 

Mereka pun saling berkenalan satu sama lain. Selang tiga bulan acara Kampus selesai mereka pun akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan sepasang kekasih. Seketika setelah mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih kemanapun pergi selalu berdua. Ibarat kata dunia bagaikan milik mereka berdua.

Selama kurun waktu 6 bulan mereka berdua masih memiliki kecukupan ekonomi. Namun menjelang Buno menyelesaikan kuliahnya. Keadaan ekonomi keluarga Harla memburuk. Usaha ayah Harla mengalami gulung tikar. Hingga ini membuat kondisi Harla memprihatinkan. Mulai dari makan seadanya sampai membayar biaya kuliah pun tertunda.

Melihat keadaan Harla seperti itu Buno merasa tidak tega dan Buno pun berpikiran untuk mencari kerja sampingan sambil menunggu sidang skripsi. Pekerjaan pun tidak kunjung tiba kondisi keuangan Buno pun menipis. Buno tidak mungkin meminta uang tambahan kepada kedua orang tuanya. Ini dikarenakan orang tua Buno juga hidupnya pas-pasan. 

Buno pun berpikir ulang bagaimana caranya agar dia bisa mencukupi kebutuhan Harla tanpa merepotkan kedua orang tua Buno. Sambil berpikir kembali tiba-tiba pandangan Buno menjuru pada satu arah yang ada di atas meja kamar kosnya benda apakah gerangan itu?. Ternyata benda itu adalah sebuah tape recorder. 

Sambil memandangi tape recorder dia pun berpikiran untuk menggadaikannya di pegadaian. Sesuai keputusan bulatnya dia pun menggadaikaan tape recorder ke pegadaian sebesar Rp 250.000. Dengan perasaan yang riang dia membawa uang dan memberikannya pada Harla semuanya. Besar harapan semua bisa terpenuhi.

Tanpa disadari sambil menerima uang air mata Harla pun mulai menetes dipipinya. Harla pun memeluk Buno dan mengucapkan rasa syukur serta terima kasih. Keesokan harinya Harla membayar biaya kuliah sebesar Rp. 200.000. Uangpun masih tersisa Rp. 50.000, Harla bergegas pergi ke kantin Kampus dan membeli dua bungkus nasi dengan lauk satu butir telor asin. 

Sesampainya di kamar kos Buno, Harla mengajak Buno makan. Buno dan Harla masing-masing mendapat satu bungkus nasi dan apa yang terjadi saat itu?. Ketika Buno membuka bungkusan nasi sambil terkejut menilat nasi bungkus tanpa lauk. Tak lama kemudian Harla membawakan sebutir telur asin yang dibelah menjadi dua. 

Satu iris telor asin buat Harla sendiri dan satu iris lagi buat Buno. Semakin teriris hati Buno melihat keadaan ini bersama kekasih hatinya. Namun Harla mencoba membesarkan hati Buno dan berkata "tenang saja kita susah senang hidup bersama meskipun kita belum resmi menjadi suami istri". Buno akhirnya menyadari keadaan mereka yang serba seadanya.

Waktu begitu cepat berlalu kini tiba saatnya Buno lulus dari sidang skripsi dan 2 minggu kemudian Buno pun di wisuda. Saat berpisahpun akhirnya datang namun Buno berjanji pada Harla setelah dia mendapatkan pekerjaan Buno berencana menjemput harla sebagi istri respinya. Itu janji yang diutarakan Buno kepada Harla. 

Sebulan setelah wisuda Buno pulang kampung dan mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai Bank. Sesuai janjinya Buno akhirnya meminang Harla sebagai istrinya. Itulah sebutir telur asin yang paling mengenang dan tak kan terlupakan. Perjalanan sepasang kekasih yang penuh kesabaran akhirnya berbuah kebahagian menjadi sepasang suami istri.







7 komentar:

Pak D Susanto mengatakan...

Telur asin yang dibagi dua ternyata membawa mereka menjadi pasangan yang bahagia.
Rasanya ketimbang telur, tape recorder yang lebih berjasa, ha ha ha ha ....

Rahmawati mengatakan...

kayaknya kisah nyata bu Herni nih,heehhe

Sri Yamini mengatakan...

Keren... Bunda, kenang2an yg tdk terlupakan.

Media Inovatifku mengatakan...

True story nih he..he...

Sumarjiyati mengatakan...

Susah senang bersama.sebutir telur asin membawa berjuta kengan yang tak terlupa

Sri Hartati Said mengatakan...

Endingnya saya suka, true story ya buđź‘Ť

Hernisbanah mengatakan...

Betul bun

Puisiku 40